UPDATE

OPINI

CIREBON

INDRAMAYU

Ibu Ini kumpulkan Pundi-pundi Rupiah dari indahnya Batik Cirebon



YOGYA - Yusrianah Raharjo mencoba peruntungannya di bidang bisnis batik. Dengan modal puluhan juta, batiknya bisa "menyeberang" negeri Singa, Singapura.

"Ini turun-temurun dari ibu saya," kata Yusri ketika ditemui dalam pameran 'Adiwastra Nusantara' di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Rabu 18 Februari 2014.

Wanita berusia setengah abad ini memperoleh pengetahuan membatik dari ibunya, terutama dalam bidang pemasaran dan pewarnaan. Misalnya di bidang pemasaran, ia diminta mengantarkan barang pesanan. Untuk pewarnaan, dia juga pernah diminta ibunya meramu beberapa warna.

"Pembeli minta warna apa, saya selalu disuruh untuk membuatkan. Jadi, dari kecil, skill-nya sudah diajari," kata dia.

Pemilik "Yusri Batik" ini memulai usahanya pada 1997, dengan modal kepercayaan dan kejujuran. Dengan sedikit bantuan dari orangtua, Yusri mengikuti pameran internasional diYogyakarta. Saat itulah, dia dan produknya dikenal orang.

Dia mengaku mendapat pinjaman sebesar Rp20 juta untuk modal kerja. Dengan uang itu, dia bisa membeli bahan baku dan pewarna serta membayar ongkos kerja. "Saya juga mendapat pinjaman dari Taspen sebesar Rp50 juta," ujar dia.

Lalu, wanita asal Cirebon ini memilih batik Cirebon sebagai bisnisnya. Ada bermacam-macam motif yang dibuat, seperti motif Megamendung, Singa Barong, Panji Semirang, serta motif keraton Kasepuhan dan Kanoman. Pewarna yang digunakan adalah pewarna alami dan kimia. Bahannya pun bervariasi: katun, sutera, dan kain tenun.

"Yang paling susah itu batik tenun. (Permukaannya) tidak halus seperti katun. Serat-seratnya bermotif dan selalumbrenjol (menonjol)," kata ibu rumah tangga ini.

Prosesnya membuat kain batik beraneka ragam. Ada yang beberapa hari untuk batik cetak dan ada yang membutuhkan waktu sebulan untuk batik tulis.

Setiap bulannya, Yusri Batik mampu memproduksi ribuan helai kain batik, sedangkan batik tulis berkisar 100 helai. Panjang kain batik yang didagangkan mulai dari 2 meter hingga 2,7 meter. "Kalau itu, tergantung pesanan," kata dia.

Para pembeli pun tidak perlu merogoh koceknya dalam-dalam. Yusri membanderol produknya mulai dari Rp100 ribu hingga Rp1,5 juta. "Kalau batik cetak, harganya Rp100 ribu. Tapi, ada juga yang Rp300 ribu dan itu tidak murni cetak: kombinasi tulis dan cetak. Terus, batik tulis itu Rp1 juta. Batik sutera itu Rp1,2-1,5 juta," tutur Yusri.

Selain mendesain motif batik sendiri, Yusri pun menerima batik yang motifnya sudah didesain pembeli. Batik-batik produksinya menembus pasar Singapura dan Malaysia. Sayangnya, dia enggan menyebutkan omzet yang didapatnya dari bisnis ini.

"Yang tahu orang administrasi. Kalau omzet, sih, tergantung pembukuan," kata dia.

Yang namanya bisnis selalu ada pahit manis dan Yusri tidak memungkiri itu. Selain persaingan yang ketat akibat bertambahnya pemain bisnis batik, dia juga mengatakan kesulitan sumber daya manusia (SDM).

"Di tempat saya ada 16 orang pegawai tetap dan yang tidak tetap ada 40 orang. Kendalanya, kadang-kadang masyarakat di sana masih tradisional. Gotong royong memang bagus banget. Kalau ada acara hajatan, mereka kadang-kadang membantu. Mereka jadi tidak bisa fokus ke batik," jelas Yusri.

Wanita yang tinggal di Plered, Cirebon, ini juga mengeluhkan kekurangan para pembatik senior.

Lalu, bagaimana cara memesan atau membeli batik dari Yusri Batik?  Yusri mengatakan pembeli boleh memesan sepotong batik tulis, baik desain Yusri ataupun desain pembeli. "Tapi, nanti dikenakan ongkos kerjanya," kata dia.

Yusri pun juga tidak keberatan apabila pembelinya membeli batik secara satuan. Kalau untuk grosir, ada minimal pemesanan, yaitu minimal 10 potong.


Apabila berminat, pembeli bisa berkunjung ke Yusri Batik di Jalan Syekh Datul Kahfi No. 79, Plered, Cirebon. Pembeli juga bisa mengontaknya di litaharlianti@ymail.com. 
Comments
0 Comments

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Ridwan Fariduddin
Powered by KLIK MEDIA