Budiman Sujatmiko di Balik Revolusi dengan Memanfaatkan UU Desa

Siapa tidak mengenal Budiman Soejatmiko ? pendiri Partai Rakyat Demokratik atau PRD, neo-komunis dan orang yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai kerusuhan di Indonesia sejak pendirian PRD tahun 1996, termasuk kerusuhan sosial menjelang dan sesudah jatuhnya pak Harto.

Memang benar saatu kerusuhan Mei 1998 seorang Budiman Soejatmiko sedang berada di dalam penjara, akan tetapi teman-temannya di PRD terlibat penuh dalam berbagai upaya agitasi dan provokasi agar, dalam istilah mereka, rakyat bergerak menghancurkan orde baru.

Siapa Budiman Soejatmiko? Membaca kisah hidupnya dalam buku yang dia tulis, Anak-anak Revolusi tampak jelas sekali bahwa Budiman adalah seseorang yang terlalu banyak membaca buku-buku kiri dan revolusi komunis, terlalu banyak bergaul dengan orang-orang kiri dan komunis yang masih bermimpi merevolusi Indonesia sehingga membuat Budiman berhayal untuk mengambil bagian dalam sebuah revolusi yang spektakuler seperti pahlawan-pahlawan komunis yang ada di dalam buku-buku bacaannya.

Membaca jalinan kisah hidup Budiman dalam buku semi-biografinya mengingatkan kepada anak-anak kecil yang berhayal menjadi para pahlawan dalam komik yang dia baca, ada yang mau jadi superman, batman, spiderman, son goku, saint seiya dan lain sebagainya. Ketika anak-anak tersebut menghayal, tentu mereka ada yang melakukan permainan seolah mereka adalah tokoh tersebut dan dalam hal tertentu memainkan adegan dalam komik yang mereka baca. Namun tentu saja khayalan dan emulasi komik tersebut ada batasnya, tidak mungkin anak-anak itu dibiarkan terbang dari sebuah gedung sebab mereka akan mati atau terluka.

Dalam hal Budiman Soejatmiko dan teman-teman kirinya, sepanjang khayalan revolusi hanya disimpan dalam benaknya atau dibahas di kalangan sendiri tentu tidak menjadi masalah. Menjadi masalah besar ketika dia mewujudkan khayalan revolusinya itu ke dalam dunia nyata dengan merekayasa situasi sosial dalam masyarakat agar cocok untuk melaksanakan kudeta yang revolusioner. Kenapa masalah? karena yang mnjadi korban, jiwa maupun harta adalah rakyat kecil yang tidak peduli atau tidak terlibat dengan khayalan Budiman Soejatmiko untuk menjadi tokoh revolusioner.

Bagi orang-orang kiri seperti komunis, timbulnya korban jiwa justru merupakan hal yang wajar dalam sebuah revolusi, seperti kata Soekarno, sekedar riak dalam samudera yang luas. Ini jelas pikiran orang gila, sebagaimana dikatakan AH Nasution, pikiran orang tidak waras yang egois.

Benar, PRD memang waktu itu sengaja membuat kisruh dan keruh situasi sosial dengan melakukan agitasi dan pengeboman supaya situasi menjadi matang untuk revolusi, seperti ditemukan bukti bahwa otak teror bom menjelang pemilu 1997 adalah Agus Jabo yang kebetulan hari ini menjadi ketua PRD.

Budiman Soejatmiko yang ditangkap dan dipenjara karena teror-teror PRD kepada rakyat bukannya menyesal tapi malah senang, karena khayalannya untuk mengikuti jejak Soekarno dan komunis yang dipenjara terpenuhi. Berapa banyak korban harga dan jiwa agar Budiman Soejatmiko memenuhi khayalannya tersebut?

Kemudian setelah Soeharto tumbang, nyatanya PRD juga tidak dipilih rakyat yang artinya semua revolusi-revolusi yang diteriakan PRD tidak mewakili suara rakyat, melainkan hanya mewakili orang yang keracunan buku-buku komunis aja.

Sekarang Budiman Soejatmiko meninggalkan PRD ke PDIP dan selama itu apa yang dia hasilkan demi bangsa? Hanya melancong ke Brazil dengan dalih studi banding beras. 

Memalukan. Selain itu sekarang justru berusaha memanfaatkan UU Desa untuk melancarkan strategi desa mengepung kota dari Mao Tzedong, yang tentu saja dengan mimpi yang sama, menduduki posisi revolusioner seperti Mao, Lenin, Stalin, DN Aidit, Musso dan lain-lain. Tapi Budiman lupa, para pemimpin komunis tersebut berdiri di atas 300juta korban jiwa yang disembelih komunis internasional.

Maaf Budiman Soejatmiko, revolusimu bukan revolusi kami, jangan membunuh dan mengambil jiwa kami demi revolusimu.